December 29, 2007

Talking about Love

Saya sangat setuju dan saya yakin banyak orang yang sependapat bahwa ‘cinta’ merupakan akar dari kehidupan. Kita terlahir sebagai manusia adalah karena cinta, hingga kita bisa survive dan eksis juga karena cinta, dan bahkan kita bisa mengaktualisasikan diri sehebat apapun juga karena cinta.

Lalu, apakah sebenarnya arti cinta itu? Banyak orang yang mencoba mendefinisikan cinta, meskipun sebenarnya tidak ada definisi yang pasti tentang cinta. Cinta begitu tidak terbatas luasnya dan tidak terjangkau tingginya. Kalaulah sekiranya cinta itu didefinisikan hanya sebatas yang indah-indah. Bagaimana halnya dengan pengorbanan orang-orang yang rela menelan kepahitan demi membela orang yang mereka cintai.

Kita, orang-orang yang pernah jatuh cinta, dapat membayangkan bagaimana cinta itu bisa memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan seseorang. Cinta dapat mengubah perilaku fisik maupun mental seseorang. Orang yang jatuh cinta pasti lebih perduli dengan penampilannya karena dia tahu ada orang yang spesial yang akan selalu memperhatikannya. Orang yang jatuh cinta akan cenderung mengubah cara berpikir dan cara berbicaranya karena dia ingin setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata pilihan yang mengandung pujian, keindahan, ketulusan dan kebijaksanakan. Hati begitu berbunga-bunga penuh warna, berdebar-debar penuh makna. Setiap langkah begitu berarti dan setiap kata begitu terlatih. Sosok si dia (pacar) kemudian berubah menjadi bagaikan bunga, bintang, bulan, matahari, bidadari, arjuna, pangeran, atau pahlawan.

Kata cinta memang terlalu biasa di telinga kita, saking biasanya dia bisa datang dan pergi begitu saja. Sehingga, esensi yang dikandungnya menjadi tidak luar biasa. Bisa jadi ini akibat cara kita dalam memaknai cinta itu sendiri. Kata cinta banyak kita gunakan dalam berbagai ungkapan sehari-hari : cinta kepada anak, cinta pada suami/istri, cinta pada keluarga, cinta pada teman maupun cinta kepada si doi (pacar). Kata suka, sayang, kasih, kencan (dating), cumbu rayu, pacar dan asmara selalu identik dengan kata cinta meskipun salah satu dari itu belum bisa mewakili seluruh makna yang terkandung dalam cinta itu sendiri, hanya sebagian.

Cinta itu adalah sesuatu yang alami, pasti ada dalam diri setiap orang. Keinginan untuk mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia. Keinginan untuk mencintai dan dicintai itulah yang membangun keseimbangan, keseimbangan yang menegakkan langit di atas bumi. Kekuatan cinta itu tentu sangat luar biasa, dan dia pasti dibangun di atas pondasi oleh arsitek yang maha mencintai dan maha dicintai. Untuk itu hendaklah orang-orang yang mencintai dan dicintai menyandarkan kekuatan cintanya kepada arsitek cinta itu sendiri, dialah Allah SWT.

Kita adalah makhluk-makhluk kecil yang berdiri dia atas bumi dan bernaung di bawah langit. Kita hanya seumpama sebutir pasir di hamparan pantai atau sebutir debu yang berterbangan di permukaan bumi. Mana mungkin kita bisa mengatakan bahwa cinta kita sepenuh bumi, seluas lautan, atau setinggi angkasa raya. Untuk menjaga, memelihara dan melindungi diri kita dari sapuan ombak dan terpaan angina saja perlu perjuangan mati-matian.

Kita bandingkan dengan Allah SWT, meskipun sebenarnya mustahil untuk dibandingkan. Cinta-Nya benar sepenuh langit dan bumi, cinta-nya kepada manusia, tumbuhan, binatang dan segala yang bernyawa dan yang tidak bernyawa, cintanya kepada laki-laki dan perempuan, cinta-Nya kepada anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Cinta-Nya kepada orang beriman dan orang yang tidak beriman, cinta-Nya kepada orang-orang muslim dan orang-orang kafir.
Wallahu a’lam bi shawab.

December 28, 2007

The Real Happiness

Happiness is every thing. A wise man says “it is important to be success, but the most important thing is to be happy”. Happiness is real and other people can know whether you are happy or not. Most of people say that they have been already happy but actually not yet. Happiness is not only represented by your expression, body language, or words. Happiness is not only about money, family, career or social intercourse. We know that there are so many cases when people feel unhappy so they become frustrated. Even some of them end their life by suicide.


Happiness is a choice. You are the decision maker for it. But, you have to understand that happiness is a part of principle of life, your life principle. It is about thought, idealism and belief. So that, some one without happiness (principle) is like a ship that is blown by the wind without any point, full of dangers and uncertainties.

Recognizing of self identity is the first step to awareness of happiness. Recognizing of self identity reveal your capability in answering questions : Who are you? Where are you from? What for do you come? All of these are basic questions. Let’s pretend this time is the first time for us turning up to this world. Can you imagine while you are created alone without any one arround you? You live in a jungle and you don’t understand any thing. At the time as you are right now, you have soul, mind and body. What will you do exactly? When you try to answer those questions, you try to indentify your self. When you try to identify your self, you try to be happy. Do you agree with me? please submit yout comment!


Cinere – South Jakarta
Monday, November 19th 2007

Make The Impossible Possible


The word “impossible” is a dangerous word.
When uttered aloud,
the word impossible has a devastating effect on our subconcious mind.
Thinking stops. Progresshalts. Door slam shut.
Effort comes to a screeching halt. Projects are abandoned.
Hopes are dashed. Dreams are discarded.
The light of imagination goes dim.
The best and the brightest of creative brain cells
die in some dark corner of the mind.



Now, let someone utter the magic words,
“It may be possible! I don’t know how or when, but it might be possible”
Those string words rally forth hopes yet unborn.
Burried dreams are resurrected .
Enthusiasm begis to build. Spark to fly.
Dusty files are reopened. Lights go on. Once closed factories are retooled.
Ideas are developed. Markets begin to open.
The drought ends.

Never allow anyone to get by
With the judgement that something is impossible.
That is one word that blocks all human progress

October 29, 2007

For Students and Parents

Pusat Bimbingan Private & Konsultasi Belajar
T R A N S S A I N S
Menuju Masa Depan Gemilang
Target :
  • Senang dan sukses dalam belajar
  • Sukses test harian dan formatif
  • Sukses ujian semester
  • Sukses UAN
  • Sukses UMPTN
  • Meningkatkan nilai rapot
  • Sukses menembus SMP, SMA maupun PTN favorit

Keunggulan :

  • Team pengajar berpengalaman dan dari perguruan tinggi terkemuka
  • Jadwal belajar fleksibel
  • Mendappat laporan kemajuan belajar
  • Konsultasi belajar dan PR
  • Pemahaman teori 20% dan latihan soal 80%

Sistem Belajar :

  • Pengajar datang ke rumah
  • Jadwal dan waktu belajar disesuaikan dengan waktu luang siswa
  • Waktu pertemuan minimal 2 kali per minggu
  • Waktu belajar 2 jam tiap kali pertemuan

Biaya Private :

  • Biaya pendaftaran Rp.20.000,- per siswa
  • Biaya belajar per orang siswa per level per satu kali pertemuan
  • SD Rp. 50.000,-
  • SMP Rp. 55.000,-
  • SMA Rp. 60.000,-
  • Mhs. Rp. 70.000,-

Informasi Pendaftaran (Call/SMS) :

Insan (0813 1880 6012)

Program Private SD - SMP - SMA - Mahasiswa

Summary

Kelembagaan Pengajian dalam Pembangunan Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kelembagaan Pengajian di Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor).
Binsan Siregar, S.P
____________________________________________________________________
Era reformasi yang berimplikasi pada pemberlakuan ekonomi daerah dan demokratisasi merupakan momentum yang tepat untuk mempertajam arah pembangunan melalui penguatan kelembagaan pembangunan masyarakat dan birokrasi. Pembangunan yang berorientasi kerakyatan, yang mengedepankan paradigma pembangunan manusia, merupakan arah baru yang diharapkan dapat memperbaiki paradigma lamayang lebih beroriientasi pada pertumbuhan ekonomi.
Perbedayaan masyarakat dalam kerangka pembangunan yang berorientasi pada manusia (people centered development) merupakan suatu strategi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan peran aktif dalam pembangunan. Dalam hal ini, prioritas pembangunan seharusnya ditujukan pada masyarakat yang selama ini cenderung tertinggal dan termarginalkan dalam proses pembangunan. Masyarakat perdesaan sudah seharusnya menjadi ujung tombak pelaksanaan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Pembangunan masyarakat desa dengan pendekatan pemberdayaan didasarkan pada semua potensi dan kendala yang ada pada masyarakat local, sehingga diperlukan kapasitas kelembagaan pemerrintah dalam menjalin keterkaitan dengan kelembagaan local masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu-individu anggota masyarakat tetapi juga kelembagaannya.
Lemahnya kelembagaan local masyarakat merupakan salah satu kondisi dasar yang mengakibatkan masalah pembangunan berupa kesenjangan dan ketidakmandirian. Kelembagaan local yang telah mendapat penilaian tertinggi dari masyarakat merupakan wahana aspirasi masyarakat dan cenderung untuk menjadi saluran perubahan social dan kebudayaan. Ketidakmampuan kelembagaan local dalam melaksanakan peranan dan fungsinya secara efektif merupakan konsekuensi dari proses pembangunan yang belum memberikan perhatian yang luas pada eksistensi kelembagaan ini. Kegiatan pengajian merupakan salah satu kelembagaan local yang menjadi tradisi dan mekanisme social budaya local dalam masyarakat perdesaan Indonesia. Fenomena tumbuh dan berkembangnya kelembagaan pengajian dalam masyarakat sampai saat ini adalah merupakan hal yang menarik dan penting untuk diperhatikan. Keberadaan kelembagaan ini tentu tidak bisa diabaikan dalam gerak pembangunan, bahkan sebaliknya harus dipandang sebagai sebuah potensi yang dapat dikembangkan. Untuk itu, penelitian ini mencoba mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kelembagaan ini, yaitu bagaimana eksistensi kelembagaan pengajian dalam masyarakat perdesaan, keterkaitannya dengan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dan rancangan strategi pengembangan kelembagaan pengajian dalam pembangunan masyarakat.

Informasi lebih lanjut tentang hasil penelitian ini bisa menghubungi penulis.
Terima Kasih

October 24, 2007

My Hope will Never End

Bagaimanapun, manusia memang tidak memiliki kehendak. Berperan di atas panggung dunia bagaikan wayang di tangan sang dalang. Manusia hanyalah pemilik rencana, harapan dan pemikiran. Tapi, skenario, takdir dan kebenaran adalah milik sang pencipta, Allah SWT.


Tuhan. Inikah jawaban dari doa-doaku selama ini? Inikah buah perjuangan yang aku impikan? Inikah akhir perjalanan panjang yang kulalui? Inikah temuan dari perenungan hidup yang kulakukan? Inikah wujud dari idealisme yang kupertahankan? Tidak. Doaku hanya sekali dua kali. Perjuanganku sangat miskin pengorbanan. Langkah kakiku kadang tiada kusadari. Khayalanku melebihi perenunganku. Idealisme yang menjadi keyankinanku belum sepenuhnya bisa kuselami.

Uhh.... Inilah pengalaman hidup yang sering mengisi hari-hariku. Terkadang aku bingung dan menyelimuti diri dengan ambiguku. Pertanyaan dan jawaban menjadi milikku sendiri. Episode demi episode berakhir dengan pertanyaan dan jawaban silih berganti. Trauma masa lalu dan ambisi masa depan menempatkan aku sebagai terdakwa atas keadaanku kini. Jalan hidupku sepertinya berkotak-kotak, meski aku selalu berusaha memandangnya sebagai sebuah entitas yang utuh. Kecengengan dan cengengesan, kebenaran dan ketenaran, prestasi dan prestise terletak di kutub yang terpisah jauh. Menemukan jati diri tidak semudah yang kubayangkan, aku harus menelusurinya dari jejak langkah pertamaku sambil membaca lembar-lembar tertulis dan yang tidak tertulis. Sudah, sudah terlalu banyak referensi yang menggambarkan semua ini. Setiap kata dan kalimat, setiap tanda dan isyarat berlalu seolah tidak bisa menunjukkan arah.


September 03, 2007

New Students and a New Teacher

Salah alamat, mungkin itu kesan tersembunyi di balik keheranan keluarga, tetangga dan teman-teman kuliahku dulu ketika mengetahui bahwa sekarang aku bekerja sebagai seorang guru SD. Setelah menyebutkan nama sekolah Lazuardi Global Islamic School barulah mereka sedikit mengalihkan keheranan menjadi beberapa pertanyaan seputar nama sekolah ‘yang lain daripada yang lain’ ini. Berlatar belakang pendidikan sosial ekonomi pertanian tentu sangat minim dan mungkin hampir tidak pernah dibekali dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar untuk sekolah SD selama kuliah. Meskipun sebenarnya pada zaman sekarang ini sudah tidak aneh seorang sarjana berkarir pada bidang yang tidak selalu sesuai dengan latar belakang pendidikannya di PT. Banyak teman saya yang sebenarnya mendukung saya untuk menjadi seorang pendidik. Mereka mengatakan bahwa saya cocok berkarir di bidang pendidikan. Selama kuliah saya memang aktif menjadi asisten dosen untuk dua mata kuliah dan mengajar di lembaga pendidikan informal bimbingan belajar (bimbel) dan privat ke rumah untuk anak-anak SMP dan SMU. Semua pengalaman ini tentu sangat berbeda dengan apa yang saya geluti sekarang ini.

Sama dengan penilaian beberapa orang yang dekat terhadapku, aku sendiripun yakin bahwa aku punya bakat untuk menjadi seorang pendidik walaupun keyakinan mereka tidak sekuat keyakinan dalam diriku. Keinginanku memang kelak bisa menjadi pendidik di PT (Dosen). Allah SWT berkehendak lain, untuk menjadi pendidik memang banyak caranya. Yah, menjadi guru. Tetapi di sisi lain, ada sedikit keraguan karena aku berfikir ini artinya aku harus mulai dari nol. Sebenarnya salah satu hal yang membangun ketertarikan saya menjadi guru adalah melihat perkembangan yang terjadi pada dunia pendidikan yaitu munculnya sekolah-sekolah yang berlabel plus nasional dan internasional di negara ini. Jadi saya berfikir bisa mencoba menjadi guru di sekolah yang mengarah pada penerapan konsep-konsep pendidikan dan model sekolah mutakhir. Itulah yang kemudian menjadi harapan saya ketika memulai karir menjadi guru di sekolah dengan label ‘global Islamic school’ ini.
Setelah melalui beberapa tahapan seleksi akhirnya akupun diterima menjadi karyawan training di Lazuardi. Proses berlangsung begitu cepat dan tahapan yang paling berkesan adalah pada saat micro teaching. Selesai melakukan micro teaching dengan hasil yang saya rasakan kurang maksimal, saya melanjutkan wawancara dengan principal. Wawancara berlangsung begitu singkat. Dua kesimpulan wawancara yang saya dapatkan adalah, pertama bahwa metode yang saya pakai saat micro teaching semuanya masih metode konvensional. Kedua, saya dipastikan lolos tes dengan pertimbangan tidak ada permasalahan dengan anak-anak (harus menyenangi anak-anak). Akupun mengiyakannya dengan pemahamanku sendiri.
Pada saat saya menjadi karyawan training saya mengikuti program magang di beberapa kelas, yaitu kelas Malaysia (grade 2), kelas Thailand (grade 3), kelas Peru (grade 4), dan Kelas Marocco (grade 5) masing-masing selama kurang lebih tiga hari. Hasil pengamatan selama itu mengantarkan saya pada kecenderungan lebih tertarik mengajar di kelas yang lebih tinggi disbanding kelas rendah. Saya melihat penanganan anak-anak kelas tinggi relative lebih mudah karena lebih leluasa dalam penggunaan bahasa serta tingkat kemandirian yang sudah lebih baik. Ini tentunya disandarkan pada kapasitas saya sebagai orang yang masih baru.
Kenyataannya, pada tahun ajaran baru saya ditempatkan menjadi guru untuk grade 1 dengan mata ajaran Mathematics dan Social Stidies. Saya sempat kaget ketika mendengarkan pengumumannya. Kenapa tidak, ini merupakan pengalaman yang benar-benar baru bagiku. Begitupun selama saya magang, saya tidak pernah ditempatkan untuk mendampingi anak-anak grade 1. Tetapi dalam benakku berkata That’s OK, It is my Commitment. Sedikit aku bisa mengandalkan pengalamanku membimbing anak-anak dalam praktek lapangan (Kuliah Kerja Nyata) saat masih kuliah. Meskipun saya yakin ini sangat berbeda.
Libur akhir tahun, setelah mengikuti raker dan pembinaan, saya pun mencoba untuk terus mempelajari konsep-konsep belajar mengajar yang baik termasuk metode-metode pendekatan terhadap anak. Materi-materi pembinaan saya buka kembali dan juga membaca buku-buku yang berkaitan dengan itu, seperti Quantum Learning, Teaching First Grade (A Practical Guide) dan yang lainnya. Hasilnya, saya merasa lebih percaya diri dan siap untuk menjadi guru di Lazuardi.
Akhirnya, hari pertama masuk sekolah pun telah tiba. Acara penyambutan dan aktifitas di hari pertama itu hampir seluruh skenarionya saya serahkan kepada guru senior (guru satu). Hari itu saya mencoba untuk sibuk mendampingi anak-anak sambil sering kali memandangi mereka satu-satu. Sebagai hari pertama saya melihat pada wajah-wajah mereka tersirat keceriaan, tetapi yang pasti mereka masih sangat polos, imut, lucu dan menggemaskan. Para orang tua diperbolehkan melihat keceriaan anak-anaknya di hari pertama itu. Saya sempat berpikir bagaimana para orang tua yang sangat sayang pada anak-anaknya itu mempercayakan anak-anaknya itu kepada para guru dan juga kepada saya.
Hari, minggu dan bulan pun berlalu sampai kini saya hampir satu semester menjadi guru di Lazuardi. Memang belum lama, tetapi pengalaman itu telah kulalui dan sering kali ingin menuangkan semuanya dalam catatan harianku meskipun itu tidak mungkin. Sangat berbeda dari apa yang aku bayangkan sebelumnya. Menjadi guru untuk anak-anak kelas satu yang notabene baru selesai pendidikan TK tidak bisa dianggap sepele. Tidak bermaksud untuk mengatakan sulit, tetapi mereka memang berbeda dan unik.
Awalnya, saya sangat yakin bahwa saya bisa bekerja dengan mudah dan baik, every thing will be going on. Saya adalah ‘guru’ bagi mereka. Mereka akan ‘takluk’ dengan metode-metode pembelajaran yang fun dan beragam. Sebagai guru matematika saya akan mencoba membuat mereka tidak merasa belajar matematika tapi bermain matematika, begitu juga pelajaran social studies.
Pada bulan pertama, masalah-masalah yang dihadapi relatif kecil. Maklum, ini baru awal sekolah bagi mereka, masih malu-malu dan cenderung tergantung pada guru. Bulan kedua dan ketiga saya rasakan sebagai masa sulit. Pada saat ini hampir semua anak menunjukkan kebolehannya. Saya lihat itu bukan sebuah proses adaptasi karena saya yakin masa itu telah selesai pada bulan pertama. Tidak salah ketika pertanyaan retoris diajukan kepada saya pada saat persetujuan kontrak kerja : Bagaimana? Sudah mulai pusing dengan anak-anak? Bahkan sebelumnya saya sempat berpikir dua kali apakah saya akan meneruskan kontrak ini. Bukan karena tidak sanggup menjalankan tugas sebagai guru, tetapi saya harus berpikir keras bergulat dengan permasalahan anak-anak yang tidak hanya sebatas permasalahan akademik. Ini berbeda dari apa yang saya bayangkan sebelumnya.
Saya tidak terlalu bermasalah dalam hal pembimbingan secara akademik. Artinya, saya memang tertantang untuk terus belajar menemukan metode-metode pembelajaran yang efektif dan saya tertarik untuk itu. Anak-anak yang kuhadapi memang sangat beragam, baik dari segi kemampuan dasar (inteligensi) yang mereka miliki maupun kondisi emosi mereka. Tetapi sekali lagi ini adalah tantangan menarik bagi saya dan saya banyak belajar dari mereka. Bahkan keberadaan mereka semakin mengukuhkan keyakinanku akan konsep-konsep MultipleIntelligences, Learning Styles, Quantum Learning and Teaching, Active Learning, Contextual Learning dan konsep-konsep mutakhir lain dalam bidang pendidikan.
Setiap anak memang berbeda, satu hal yang menumbuhkan kekagumanku akan kebesaran Sang Pencipta. Terlebih-lebih dengan adanya anak special needs (SN) karena memang Lazuardi telah berusaha untuk menjadi model sekolah inklusi. Jadi keberagaman di kelas ditunjukkan dengan adanya anak SN (autis), slow learner, ADHD (hyperactive) dan yang gifted. Bisa dibayangkan bagaimana mereka bisa efektif belajar secara bersamaan baik secara klasikal atau dengan permaianan (game).
Kesulitan yang terjadi pada bulan kedua dan ketiga sebenarnya adalah munculnya berbagai permasalahan sikap pada anak-anak. Sikap agresif………………… Ulah beberapa anak ini kadang-kadang sangat mengganggu ketenangan kelas. Saya harus lebih banyak bersabar dan mengontrol emosi saya sendiri, sebab saya merasakan kalau saya tidak bisa mengontrol diri akan lebih memperparah suasana.
Contoh kecil dari kasus yang terjadi adalah ketika saya mengajarkan matematika konsep penjumlahan dengan menggunakan alat bantu berupa guntingan gambar kuda-kudaan berwarna-warni dan ditempel di papan. Tiba-tiba seorang anak yang berinisial N mengeluarkan pernyataan bahwa dia suka kuda yang berwarna merah dan itu kudanya. Awalnya, saya beranggapan bahwa itulah karakter anak-anak dan saya senang ternyata mereka tertarik melihat gambar yang saya buat. Setelah anak N mengeluarkan pernyataan, spontan seorang anak yang lain ternyata mengungkapkan pernyataan yang sama, ya dia suka kuda warna merah. Di luar dugaanku, ternyata perdebatan di antara mereka dan kemudian diikuti hampir separuh dari anak-anak di kelas tentang kuda kesukaan dan kepemilikan jadi berlanjut. Saya berusaha untuk memberikan pemahaman bahwa kuda-kuda itu saya buatkan untuk mereka semua, untuk semua anak Picasso. Ternyata adu mulut bukannya berhenti bahkan berlanjut dengan adu fisik dan lempar-lempar alat tulis. Beberapa anak keemudian terpaksa saya bawa ke cooling down room (silent room).
Berhadapan dengan kasus-kasus seperti ini, kadang saya berpikir apakah ini menunjukkan ketidakmampuan saya dalam memanajemen anak-anak. Tetapi ternyata masalah serupa dalam bentuk yang berbeda dialami juga oleh guru-guru yang lain yang mengajar di kelas ini. Tidak salah kalau beberapa guru sempat melabel kelas Picasso sebagai kelas anak-anak SN.
Hal yang bisa saya lakukan adalah berusaha untuk terus mengedalikan diri dan pelan-pelan menghadapi kasus perkasus. Disiplin positif harus terus dipelihara meskipun kadang-kadang membuat saya bingung untuk bertindak. Saling tuduh menuduh di antara anak pun kerap sekali terjadi dengan mencap temannya nakal, jahat atau bandel. Satu lagi yang perlu saya lakukan yaitu untuk meyakinkan diriku dan anak-anakku bahwa tidak ada anak yang nakal. Ini yang pernah diungkapkan Pak Haidar Bagir (Ketua Yayasan Pendiri Sekolah) bahwa tidak ada anak yang nakal. Setiap anak adalah bintang, ketika anak bertindak yang ‘aneh-aneh’ sebenarnya ia ingin berkata kepada guru : kalau ingin mendidikku ikuti caraku. Sungguh memang perkataan yang bijak meskipun kadang berat menjalankannya.Alhamdulillah, pada bulan keempat sampai sekarang mendekati akhir semester hampir seluruh masalah-masalah yang dihadapi pada bulan-bulan sebelumnya telah berakhir. Sebenarnya, anak-anak telah memberikan kepada kami para guru kelas sebuah hadiah yang sangat berharga. Saya tertantang untuk menemukan strategi-strategi mendidik yang sangat beragam meskipun saya akui itu hanya sebatas trial and error. Perjuangan yang kami lakukan untuk ‘menaklukkan’ mereka cukup memakan waktu dan energi. Selama dua bulan masa krisis tesebut hampir setiap hari setelah anak-anak pulang sekolah tidak lepas dari pembahasan seputar permasalahan sikap anak-anak. Mereka memberikan kami banyak inspirasi untuk mendapatkan keterampilan mendidik anak-anak seperti mereka. Anak-anak belia yang terlahir di era yang semakin ‘canggih’ ini.

June 29, 2007

Sepenggal Episode Cinta

Tuhanku,
Dalam haus dahaga untuk mereguk cahaya kebenaran
Dalam gundah penuh ragu
Dalam kegamangan untuk memilih jalan
Engkau datang dari keindahan cinta tanpa suara

Aku masih ingat saat pertama mencintai-Mu
Kupelajari lembar demi lembar kitab-Mu
Kuresapi untaian kata demi kata da'i-Mu
Lewat cinta para nabi...
Lewat kisah para sahabat...
Lewat rindu para syuhada...
Engkau menyalakan pelita dalam kegelapan hidupku
Dengan percikan hidayah kutemukan jalan-Mu
Lalu kuukir di jiwaku dalam-dalam
Menghiasi ambisi dan idealismeku yang mengawang

Kini, suatu waktu dari masa telah mengisi perjalanan panjangku
Aku berkelana kembara terombang-ambing didera deru dan debu dunia
Bagaikan tanah-tanah retak tertimpa kemarau panjang
Kemanakah cinta itu pergi!
Asaku mengawang, kakiku mengambang
Seolah aku terhempas dalam jurang kegelapan

Ya Rahman, Ya Rahim
Izinkanlah aku kembali mencintai-Mu
Perkenankanlah aku merangkai kata dan menghitung angka
Dengan segala kelemahanku
Kan kucoba merangkak dan menegakkan jiwaku kembali
Meski tak mampu mencintai-Mu seperti cinta para nabi dan sahabat
Izinkanlah aku mencintai-Mu semampuku
Dengan cinta yang menghiasi seluruh jiwa dan ragaku

Cinere, 27 Juni 2007





June 25, 2007

Thanks God

Alhamdulillah...
Now, I have a new blog
My Blog..... My Creation......and My Inspirations
Congratulations!
Have a nice journey my Brother!