September 19, 2010

"Red Jail" in the White Cloud (The Adorable SMU Plus YPmhb Sipirok)

Lekat dalam ingatan dan tak akan lekang oleh waktu. Rasanya masa SMU merupakan sepenggal episode yang sulit untuk dilupakan atau terlupakan. Lembaran cerita yang cukup istimewa tanpa menapikan keistimewaan tahapan studi lainnya yang sejauh ini telah terselami, tidak banyak memang, karena sampai saat ini masih terus berharap dibukakan jalan untuk dapat melanjutkan studi ke jenjang S2 (entah kapan). Tentu, saya juga masih ingat pengalaman di SD (gak pake TK, maklum kalau di kampung semua anak-anak ikut akselerasi) betapa bermain itu mengasyikkan serta pengalaman menikmati jalan berliku dari rumah ke sekolah setiap harinya dengan kedua kaki kecilku. Masa SMP beda lagi, senantiasa menjaga disiplin, tata kerama dan sopan santun harus menjadi santapan setiap harinya karena terlanjur menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai "kelas teladan". Sedangkan di SMA, terkungkung oleh semangat belajar yang selalu menggebu demi khayalan akan sebuah cita-cita dan masa depan yang belum sepenuhnya dimengerti dalam lingkungan "sekolahnya para juara". Yang terakhir, di PT berkecimpung dengan kesibukan akan pencarian jati diri dan perjuangan eksistensi serta pengenalan esensi hidup dan kehidupan dalam "kampusnya para santri-santri dadakan".

Memang, setiap jenjang pendidikan yang dilalui, pastinya memiliki kesan tersendiri. Tapi, jika harus bercerita, mungkin saya lebih memilih untuk kembali ke masa SMU. Alasan utamanya, karena di masa ini banyak benih mimpi-mimpi, dalam keadaan terpaksa atau tidak, kusemai yang hingga saat ini mungkin baru sebagian kecil yang bisa kutuai. Mimpi-mimpi yang akhirnya bisa kutanam dengan gratis di lahan yang subur dan cuaca yang selalu bersahabat. Yah, SMU Plus YPmhb Sipirok, sebuah sekolah unggulan, impian dan megah dimasanya, merakyat dan pembaharu. Pujian yang tidak berlebihan untuk sebuah sekolah di daerah yang masih jauh dari akses pemerataan pembangunan serta kesempatan untuk mengecap pendidikan yang berkualitas. Bisa melanjutkan sekolah disini adalah merupakan sebuah prestasi dan kebanggaan.

Secara fisik dan geografis, sekolah ini cukup unik. Berada di atas bukit berlatar lereng pegunungan. Suhu rata-rata cukup dingin dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Hamparan pemandangan yang hijau, indah dan luas dapat dinikmati setiap harinya. Sepi, jauh dari keramaian, ada waktunya hanya bisa berteman dengan kupu-kupu dan serangga lainnya beraneka bentuk dan jenis. Sensasi awan putih dan kabut tebal pun sering silih berganti mewarnai hari demi hari. Hmmm..., agak sulit merangkai dalam kata-kata untuk menggabarkan indahnya pemandangan di pagi hari menjelang siang saat udara cerah, dengan sunrise setinggi tiang di atas gunung, hamparan kota kecil Sipirok di kejauhan berselimut awan putih tebal dan berrenda pepohonan yang hijau, sementara langit biru bersih dengan sedikit gumpalan-gumpalan awan yang seolah melayang-layang meninabobokan para pemimpi. Sementara, di bawah sana, atau dikaki bukit, mungkin ada beberapa orang yang menatap kagum keelokan kampus yang serba merah bata, seolah-olah berbagai bangun ruang kerucut, kubus, dan balok tersusun secara apik bak puzzle. Awan putih tebal yang seolah-olah memagari bangunan-bangunannya laksana istana khayangan yang bertengger dengan anggunnya. Ohhh..., sayangnya semua pemandangan ini akan lenyap ketika hari diselimuti kabut tebal dengan butiran-butiran putih dan halus. Tentu, ini tidak serta merta menjadi kondisi yang tidak disukai karena sensasinya bak turun salju. Sejauh mata memandang, semua yang dilihat berubah menjadi samar-samar atau seperti penampakan-penampakan yang halus. Siswa yang berjilbab terkadang kelihatan hanya mukanya saja yang gelap dan melayang-layang pada saat memakai pakaian yang serba putih-putih.

Tentu, sejuta inspirasi ataupun inisiatif sungguh potensial untuk berkembang dalam lingkungan yang seperti ini. Keterasingan, bisa menjadi waktu yang tepat untuk belajar manakala sebagian yang lain menjadikannya sebagai waktu untuk berkontempolasi atau merangkai kalimat-kalimat mutiara yang menggambarkan keluasaan dan keindahan nun jauh di sana. Di sisi lain, tempat ini bisa menjadi sangat membosankan bak penjara yang mengkerangkeng kebebasan untuk menelusuri dunia nyata yang lebih jauh. Dan bagiku, terjepit di dalam dua situasi ini adalah sebuah anugerah.

Secara sosial, sekolah ini menawarkan beasiswa kepada seluruh siswa-siswanya dan seluruh siswanya dinyatakan menerima beasiswa alias sekolah gratis. Tidak tanggung-tanggung, seluruh siswa disediakan fasilitas serba gratis, mulai dari buku-buku, alat tulis, sepatu, makan dan merupakan bentuk sekolah boarding yang memiliki program 24 jam. Sekolah yang merupakan ide kreatif dari mantan Gubernur Sumatera Utara Almarhum Raja Inal Siregar sebagai sekolah percontohan. Untuk masuk ke sekolah ini merupakan sebuah perjuangan yang berat dan melewati pertarungan akbar sesama para peringkat 10 besar di setiap SMP yang ada di Kab. Semoga SMU Plus YPmhb Sipirok tetap jaya dan terus menelurkan generasi-generainya sebagai penggerak peradaban bangsa. Berita terakhir SMU Plus YPmhb Sipirok terpilih menjadi salah satu Rintisan SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) di Sumut, semoga bukan berarti Sekolah Berbiaya Internasional. Entah seperti apa kau sekarang wahai almamater?????? (catatan rindu pulkam).Mungkin masih terlalu dini untuk melihat suskes sebuah metode pendidikan lewat para alumninya di sekolah yang baru berumur 14 tahun. Tapi saat ini, saya lebih melihat suskses itu dalam diri saya sendiri, bukan dari ukuran materi atau kedudukan yang kumiliki tapi margin dari ketiadaberdayaan kepada keberdayaan.

No comments: